5 Kekurangan Bekerja di Startup, Baca Ini Biar Kamu Siap

0
867

Kekurangan bekerja di startup teknologi yang kini digandrungi, sering tidak diketahui. Yaa, mungkin saja, kita sudah terekspos dengan beragam konten tentang betapa serunya bekerja di startup. Tanpa lebih dulu mencerna apa kekurangannya, risiko yang bakal dihadapi, hal-hal penting yang harus dikorbankan, hingga jaminan kesejahteraan di masa depan.

Bukannya ingin mengajak kamu untuk tidak bekerja di startup, yaa. Lebih ke bagaimana kita melihat sebuah fenomena dari dua sisi yang berbeda. Baik dari kelebihannya, maupun kekurangannya. Hal ini dilakukan supaya kita siap dengan segala konsekuensi yang bakal dihadapi. Sehingga, tidak ada lagi penyesalan yang datang di akhir, karena di awal sudah kita kira-kira dan prediksi.

So, berikut adalah beberapa kekurangan yang didapatkan ketika kamu memutuskan untuk bekerja di sebuah startup, supaya bisa kamu jadikan bahan untuk berpikir kembali lalu bersiap diri.

5 Kekurangan Bekerja di Startup yang Sebaiknya Dipikirkan Matang-matang

1. Jalur Karier Belum Tentu Aman

kekurangan bekerja di startu
Jalur karier belum tentu aman

Dilihat dari data yang ada, jumlah startup yang gagal tidaklah sedikit. Hal ini bisa jadi peringatan buat kita, bahwa tidak selamanya bekerja di startup itu sudah pasti aman. Memang, pertumbuhan perusahaan rintisan patut kita acungi jempol. Begitu pesat, melesat tinggi melebihi korporasi. Tapi, di balik itu, kita juga harus sadar bahwa startup bisa saja gagal; dengan cepat pula.

Begitu banyak kasus pemutusan hubungan kerja karena startup bangkrut. Yaa, bukan menakut-nakuti, hanya berusaha mengolah informasi secara fair. Sekarang, apa yang bisa kita perbuat? Gampang saja, tanamkan pada diri kita bahwa secepat mungkin kita harus belajar di perusahaan, meningkatkan performa, memperbanyak portfolio, hingga promosi ke jabatan yang lebih tinggi.

2. Gaji Tidak Selalu Tinggi

Namanya juga perusahaan rintisan, tidak semuanya langsung besar. Kadang kita harus merasakan posisi di bawah, apalagi soal gaji. Tidak semua perusahaan startup bisa menggaji tinggi para karyawannya. Kecuali, bagi perusahaan-perusahaan yang mendapat sokongan dana super dari investor besar. Bahkan bukan hanya gaji, tetapi juga fasilitas yang asyik, seru, dan selalu bikin kita betah di kantor.

Tapi, itu kan enak-enaknya saja. Apa semua startup begitu? Tidak, sama sekali. Akan selalu ada kondisi dimana kita harus sama-sama merasakan pusingnya membangun perusahaan, memikirkan produk yang paling profitable dengan growth yang tinggi, menjalankan finansial yang sehat, hingga menciptakan suasana bekerja yang bikin konsentrasi jadi lebih mudah.

Baca juga: 5 Start Up Pertanian Andalan Pak Jokowi dalam Misi Kedaulatan Pangan

3. Pakem Perusahaan Sangat Dinamis

Kalau di perusahaan korporasi, semua SOP sudah tersedia dan kita tinggal menjalankannya saja. Sebab, semua aspek dalam perusahaan sudah ada, tinggal menjalankan. Produk yang dibikin juga sudah sesuai dengan pasar, tinggal ditingkatkan di aspek-aspek yang lain. Gimana kalau startup? Sebagaimana kita tahu, di usia yang kurang dari 5 tahun, arah perusahaan tentu sangat dinamis.

Perusahaan bisa saja masih mencari misi untuk menemukan formula yang tepat. Produk-produk yang dihasilkan belum tentu selamanya begitu. Akan ada banyak sekali perubahan seiring dengan pemahaman perusahaan tentang market yang mereka tuju. Nah, karena itu, kita juga harus siap dengan kedinamisan yang ada di lingkungan kerja startup. Harus berpikiran terbuka, menerima peluang baru.

4. Sering Merangkap Pekerjaan

Sering merangkap pekerjaan
Sering merangkap pekerjaan

Kalau di perusahaan korporasi, satu karyawan biasanya mengerjakan hal sesuai jobdesk-nya. Tidak lebih. Jadi, bisa maksimal sesuai dengan apa yang harus ia kerjakan. Tapi, juga bisa bosan. Hehehe. Berbeda dengan startup, kita bakalan lebih fleksibel. Fleksibel bisa saja bermakna positif. Seperti misalkan kita mendapat pengalaman baru, menjadi tau hal-hal yang sebelumnya kita tidak paham, dan sebagainya.

Tetapi bagaimana kalau sebaliknya? Kemampuan kita terbatas, tapi disuruh atasan untuk mengerjakan hal-hal di luar batas? Apalagi, jika perusahaan tempat kita bekerja masihlah belum besar, masih sama-sama merangkap dari awal. Pengeluaran tentu sangat dibatasi. Dan energi harus ditingkatkan lagi. Walhasil, sangat sering ditemui, satu karyawan mengerjakan beberapa hal di luar jobdesk-nya.

5. Lembur Bukan Lagi Hal Asing

Masih berhubungan dengan hematnya pengeluaran, juga mengejar pertumbuhan perusahaan. Mau tidak mau, kita harus bekerja keras hingga titik tertentu. Dan titik (red: target) ini akan berubah sewaktu-waktu, seiring dengan pencapaian yang telah didapatkan. Akan terus ada perubahan menyusul kedinamisan perusahaan startup yang begitu tinggi. So, lembur adalah pekerjaan tanpa permisi.

Kita akan sering bekerja di luar jam kerja, mengingat tuntutan pekerjaan yang harus segera kita tuntaskan. Demi profit dan pertumbuhan perusahaan. Namun, kemampuan kita juga terbatas. Lagi-lagi, selain waktu, juga pikiran dan tenaga yang akan kita korbankan untuk sama-sama membangun perusahaan. Tapi yaa, ini waktu masih awal, kalau sudah enak, yaa lain cerita.

Sepertinya segitu dulu pembahasan tentang kekurangan startup untuk dijadikan tempat meniti karier. Sekali lagi, tulisan ini bukan untuk menggurui, atau sengaja mengarahkan kamu untuk tidak bekerja di startup. Bukan, sama sekali. Melainkan, supaya kita tau kelebihan dan kekurangan, melihat segala sesuatu –termasuk peluang bekerja di startup– dari dua sisi yang berbeda. Selamat bekerja, yaa~

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here